Karya: MUHAMMAD LUTHFI GHOZALI
Diantara jenis penyakit pada tubuh manusia yang diakibatkan gangguan jin
ada yang disebut penyakit ‘Ain (atau penyakit yang diakibatkan pandangan mata
orang jahat dan hasud). Rasulullah SAW. mengabarkan di dalam hadisnya:
Diriwayatkan dari Abu Hurairah SAW. berkata: Rasulullah SAW. bersabda: Penyakit
‘Ain; Penyakit akibat pandangan mata adalah benar . HR Bukhori Dan Muslim.
Diriwayatkan dari Aisyah berkata: Rasulullah SAW. pernah menyuruhnya supaya
membaca jampi (ruqyah) untuk mengelak dari penyakit ‘Ain . HR Bukhori dan
Muslim.
Penyakit ‘Ain adalah jenis penyakit dimensi jin yang timbul akibat sorot mata
orang yang hasud dan benci kepada orang lain. Dengan media sorot mata kebencian
itu jin menyusupkan tehnologinya kepada orang yang dipandang sehingga orang
tersebut menjadi sakit.
Bentuk fisik penyakit ini berbentuk “angin dimensi jin” yang dimasukkan jin ke
dalam tubuh manusia. Jika angin jin itu terlanjur masuk, maka orang yang
terkena akan merasakan sakit di seluruh tubuhnya. Sumber sakit itu tidak tentu arahnya
dan kadang-kadang berpindah tempat. Ketika orang yang sakit itu berobat secara
medis, dokter tidak menemukan tanda-tanda penyakitnya. Khusus bagi kaum hawa,
biasanya pusat rasa sakit tersebut ada di rahim dan payudara. Jika sumber
penyakit tersebut tidak segera terobati, maka dari sebab penyakit dimensi jin
itu bisa jadi akan timbul penyakit kanker dan tomor.
Yang lebih berbahaya lagi, dengan gejala sakit seperti itu, melalui para dukun
dan para tukang ramal, setan jin mengembangkan fitnah kepada manusia. Penyakit
tersebut dikatakan santet atau sihir. Oleh karena itu, penyakit ini menjadi
sangat berbahaya dalam beberapa hal. Pertama, kualitas penyakit itu akan
mengikuti kualitas kejahatan orang yang melihat. Dua, sangat rentan menimbulkan
fitnah, karena penyakit itu sangat berkaitan erat dengan urusan orang yang
melemparkan pandangan kepada orang yang sakit. Hal itu bisa terjadi, karena
ketika dukun yang menangani orang sakit itu melihat dengan kekuatan hayalnya,
maka yang tampak dalam bayangan hayal itu adalah orang yang melempar pandang
kepada orang yang sakit itu. Dalam keadaan seperti itu, dukun tersebut
menyimpulkan bahwa yang menyantet si pasien itu adalah orang yang bayangannya
tampak di dalam penglihatan hayal tersebut. Ini juga merupakan tipudaya jin.
Dengan tipudaya seperti itu, maka terjadilah sumber fitnah diantara manusia.
PENYAKIT MANUSIA YANG DITIMBULKAN AKIBAT GANGGUAN MAKHLUK JIN
· PENYAKIT PADA TUBUH MANUSIA
· PENYAKIT PADA KESADARAN MANUSIA
· PENYAKIT DALAM HATI MANUSIA
· SUMBER SEGALA PENYAKIT HATI
· APAKAH MANUSIA DAPAT MELIHAT JIN?
· PENYAKIT PADA TUBUH MANUSIA
· PENYAKIT PADA KESADARAN MANUSIA
· PENYAKIT DALAM HATI MANUSIA
· SUMBER SEGALA PENYAKIT HATI
· APAKAH MANUSIA DAPAT MELIHAT JIN?
LIMA TAHAP YANG HARUS DILEWATI JIN UNTUK MENGUASAI KESADARAN MANUSIA
· TAHAP PERTAMA : Sunnah Yang Terfasilitasi
· TAHAP KEDUA : Dengan Suara Yang Ditusukkan Dalam Wilayah Kesadaran
· TAHAP KETIGA : Ditarik Masuk Ke Dalam Dimensi Alam Jin
· TAHAP KEEMPAT : Jin Bersekutu Dengan Manusia Dalam Urusan Harta Dan Anak
· Sejak Kapan Jin Bersekutu Dengan Manusia Di Dalam Urusan Keturunan…?
·
· TAHAP PERTAMA : Sunnah Yang Terfasilitasi
· TAHAP KEDUA : Dengan Suara Yang Ditusukkan Dalam Wilayah Kesadaran
· TAHAP KETIGA : Ditarik Masuk Ke Dalam Dimensi Alam Jin
· TAHAP KEEMPAT : Jin Bersekutu Dengan Manusia Dalam Urusan Harta Dan Anak
· Sejak Kapan Jin Bersekutu Dengan Manusia Di Dalam Urusan Keturunan…?
·
Apakah Manusia Bisa Melihat Jin…..?
Jika yang dimaksud melihat Jin dalam
arti melihat dengan mata kepala maka manusia tidak dapat melakukannya, Allah
Ta’ala menegaskan hal tersebut dengan firman-Nya:
إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ
Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat
yang kamu tidak bisa melihat mereka. QS:7/27.
Demikian pula yang dinyatakan Ibnu Abbad
r.s dalam sebuah hadis Nabi s.a.w. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. berkata:
مَا قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الْجِنِّ وَمَا رَآهُمُ
Yang artinya: Rasulullah saw tidak membacakan al-Quran kepada jin dan tidak
pula melihat mereka.
Kisahnya sebagai berikut: Suatu saat
ketika baginda Nabi saw. dalam perjalanan bersama para Sahabat ra. menuju pasar
Ukaz, tepat pada saat itu, antara syaitan jin dan berita dari langit sedang
dihalangi dan mereka dilempari dengan panah berapi. Maka merekapun kembali
kepada kaum mereka, dan mereka berkata : Antara kami dan berita dari langit
telah dihalangi dan kami dilempari dengan panah berapi. Kaum mereka berkata :
pasti telah terjadi sesuatu yang luar biasa di muka bumi, coba pergilah
menyebar ke bumi, baik di sebelah timur maupun baratnya, carilah apa menjadi
penyebabnya, sehingga antara kita dan berita dari langit menjadi terhalang.
Mereka pun pergi ke bumi di sebelah timur dan baratnya. Dan diantara mereka ada
yang menuju arah Tihamah yaitu mengikuti arah perjalanan Nabi saw. bersama para
sahabat ra. Saat itu Baginda Nabi saw sedang berada di bawah pohon kurma dalam
perjalanan menuju ke pasar Ukaz dan Baginda Nabi saw. sedang melaksanakan
sholat Subuh bersama para Sahabat. Ketika mereka (sekelompok jin) itu mendengarkan
al-Quran dibaca, mereka memerhatikannya dan berkata : Inilah yang menjadikan
kita terhalang dengan berita dari langit. Maka merekapun kembali kepada kaum
mereka lalu berkata: Wahai kaumku :
( إِنَّا سَمِعْنَا قُرْآنًا عَجَبًا يَهْدِي إِلَى الرُّشْدِ فَآمَنَّا بِهِ وَلَنْ نُشْرِكَ بِرَبِّنَا أَحَدًا )
Yang artinya: Sesungguhnya aku telah
mendengar bacaan yang mengagumkan, yang dapat menunjukkan kita kepada
kebenaran, maka aku beriman kepadanya dan tidak akan menyekutukan Tuhanku
dengan siapapun. Maka Allah SWT. menurunkan kepada nabi-Nya Muhammad saw dengan
firman-Nya:
( قُلْ أُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِنَ الْجِنِّ )
Yang artinya: Katakanlah, telah diwahyukan kepadaku, bahwasanya sekumpulan
jin telah mendengar bacaan al-Quran
1. Riwayat Bukhori di dalam Kitab Azan Hadits Nomor 731
2. Riwayat Muslim di dalam Kitab Sholat Hadits Nomor 681
3. Riwayat Tirmidzi di Dalam Kitab Tafsir Al-Qur’an Hadits Nomor 3245-3247.
2. Riwayat Muslim di dalam Kitab Sholat Hadits Nomor 681
3. Riwayat Tirmidzi di Dalam Kitab Tafsir Al-Qur’an Hadits Nomor 3245-3247.
Jika yang dimaksud melihat jin dalam
arti mengenali, maka untuk hal tersebut orang tidak harus menggunakan mata
kepala. Orang bisa mengenali suatu benda dengan indera yang dimiliki, dengan
penciuman atau pendengaran, asal dengan itu orang tersebut dapat mengenali
sesuatu maka boleh dikatakan ‘rukya’ atau melihat. Semisal orang buta mampu
mengenali uang kertas, padahal dia tidak pernah melihat uang itu dengan
matanya. Dengan mencium orang dapat mengenali kwalitas tembakau, dan dengan
mendengar orang dapat mengenali seseorang melalui suaranya. Orang bisa
mengenali suara, tetapi suara itu tidak dapat dilihat dengan mata kepala
melainkan didengarkan dengan indera pendengaran. Meski hanya dengan
pendengaran, ketika seseorang dapat mengenali suatu benda, maka orang itu
berarti mengenali benda tersebut.
Seperti orang makan salak secara
terus-menerus sehingga menjadi tahu dengan persis bahwa salak yang dimakan itu
salah pondoh, orang tersebut berarti orang yang kenal salak pondoh. Bahkan
semakin ahli, semakin itu pula dia dapat mengetahui dengan tepat terhadap
segala jenis-jenis salak secara spesifik. Melihat jin itu tidak harus dengan
mata kepala, yang pasti jin itu ada, jin melihat manusia tetapi manusia tidak
dapat melihat jin. Kehidupan jin itu dekat dengah kehidupan manusia, hanya saja
manusia tidak dapat merasakannya. Demikianlah yang dinyatakan Allah dengan
firman-Nya.
Oleh karena alam jin adalah alam yang
ghaib bagi indera lahir manusia, untuk mengenalinya, maka dengan indera yang
lahir itu seorang hamba wajib mengimani apa-apa yang disampaikan oleh Allah
Ta’ala dengan wahyu-Nya. Ketika alam jin dinyatakan Allah Ta’ala dengan
firman-Nya, maka kewajiban manusia harus mengimaninya, selanjutnya, dengan
kemampuan imaginasi yang ada manusia harus bersungguh-sungguh mengadakan
penelitian dengan cara yang benar, hasilnya, dengan ilmu Allah dan izin-Nya
manusia akan dibukakan penutup matanya sehingga mereka mendapatkan sesuai yang
diharapkan. Ketika Allah SWT. berfirman:
وَهُوَ الَّذِي مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ هَذَا عَذْبٌ فُرَاتٌ وَهَذَا مِلْحٌ أُجَاجٌ وَجَعَلَ بَيْنَهُمَا بَرْزَخًا وَحِجْرًا مَحْجُورًا- الفرقان:25/53
Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar
lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya
dinding dan batas yang menghalangi. QS:25/53.
Maka manusia harus mengimani firman
Allah Ta’ala itu, karena hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui keadaan
makhluk-Nya. Menurut ayat diatas, alam manusia bagaikan samudera dan alam jin
juga bagaikan samudera, namun antara keduanya dibatasi oleh barzah atau ruang
waktu dan dinding-dinding yang membatasi. Maksudnya, alam manusia adalah suatu
dimensi dan alam jin juga merupakan suatu dimensi, namun masing-masing dimensi
itu dibatasi oleh dimensi lain pula. Seperti alam mimpi adalah dimensi dan alam
jaga juga merupakan dimensi, namun masing-masing tersebut dibatasi oleh dimensi
yang lain yaitu alam tidur. Alam tidur dikatakan sebagai pembatas antara alam
sadar dengan alam mimpi, karena tidak semua orang tidur pasti bermimpi, hal ini
membuktikan bahwa alam tidur berbeda dengan alam mimpi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar